Sabtu, 03 Maret 2012

Perjuangan Kakek Tua

“Nina, pulang dulu ya J” pamitku. Rintik2 hujan menemani perjalananku sampai ke Perempatan jalan.

’05.45 PM’ apa masih ada angkutan umum yang akan mengantarkanku hingga ke Jl. Pemuda 29A Muntilan. 1 menit berlalu-2 menit berlalu juga-3 menit-4 menit 2 detik. Kuputuskan pada saat 4 menit 4 detik bertanya kepada ibu-ibu yang tidak mau disebutkan namanya *padahal belum kenal*. “buk, apa jam segini masih ada angkutan?” kataku se-sopan mungkin. Yak berharap si Ibu akan terkesan padaku *maklum masih makek seragam*. “iya..iya dek, masih ada lewat depan sini” jawab ibu itu. “makasih ya buk”

Aku pun berlalu, agak menjauh dari si ibu. Aku pun mulai membatin “ya iyalah buk lewat depan sini. Kalau enggak lewat depan mana mau saya nunggu disini” yasudahlah—sekitar 5 menit 32 detik aku melihat seorang kakek tua yang sedang mengayuh becak nya dengan susah payah. Dia pun berhenti tepat di hadapanku. “nduk, ajeng numpak becak” *nak, mau naik becak?* hmm, iba aku melihatnya. “enggeh mah. Teng bangjo nggeh” *iya mbah. Ke bangjo ya* akupun menaiki becak tersebut. Kulihat embah itu mengayuh dengan susah payah. Maklumlah, beban embah bertambah ½ kwintal.

Sunyi—kata ini adalah yang paling tepat kugambarkan. Akupun memberanikan diri bertanya. “mbah, daleme pundi?” *mbah, rumahnya mana?* “kulo gulon” ‘ha nggulon? Jauh bener ya’ batin ku. “nah, adik e pundi? *nah, adik e dimana?* “kulo, bangjo. Mbah e pun dangu mbecak? *saya di bangjo sana. Mbahnya sudah lama mbecak?* “kulo pun dangu. Sekolah teng pundi njenengan? *saya sudah lama. Sekolah dimana kamu?* “kulo teng SMP. MPLUS” “pundi niku?” *dimana itu?* “teng, gunungpring” “mbah e gadah putro?” *mbah nya punya anak?* “mboten”

Wow, sudah tua harusnya mbah ini tinggal istirahat di rumah. Namun embah ini, setiap malam harus menarik becak demi sesuap nasi. Keberuntungan tak selalu menghampiri embah. Kadang, embah harus menarik becak sampai dini hari namun tak juga mendapat penumpang.

Toko Melati—“mbah, reng mriki mawon pun sampai” *mbah, disini aja. Sudah sampai* “nggeh” “mbah niki kulo enten 10.000 tak tambahi roti nggeh kagem dahar mbah e” *mbah, ini saya cuma ada 10.000 saya taambah roti ya mbah.

Uang 10.000 bagi ku itu hanya cukup untuk jajan 1 hari. Hanya cukup untuk beli pulsa. Bagi embah, uang 10.000 sangatlah berguna untuk kehidupannya. Dari embah, aku belajar cara bersyukur. Hingga kini, aku bertekad aku harus hemat! Aku harus menghargai perjuangan orang tua ku yang memberikan aku nafkah.

Kehidupanku jauh lebih baik dari kehidupan embah. Namun, embah jauh dapat bersyukur daripada aku.

J THANKS GOD J